Selasa, 16 Oktober 2018

HARI SANTRI 22 OKTOBER 2018

HARISantri yang jatuh pada 22 Oktober 2018 ramai diperingati oleh seluruh elemen bangsa ini di berbagai penjuru Tanah Air. Istilah santri tidak lagi bermakna eksklusif, dalam arti hanya orang yang belajar dan bermukim di pesantren. Saat ini ada pemaknaan secara inklusif, yaitu semua elemen bangsa yang pernah belajar Islam yang genealogi keilmuannya dari pesantren yang berciri ahlusunnah wal jamaah (aswaja) an-nahdliyyah.
Santri yang tergabung dalam madrasah diniyah, madrasah formal, majlis taílim, dan lain-lain yang gurunya pernah belajar di pesantren juga sebagai seorang santri. Di sini terminologi santri mencakup banyak elemen sehingga mempunyai nilai fungsionalproduktif bagi bangsa secara keseluruhan. Santri juga menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa ini, bahkan menjadi aset yang sangat berharga.
Kaum santri mampu menggabungkan pemahaman yang berdimensi kebangsaan dan keislaman sekaligus. Selain itu, tidak hanya berkutat kepada teori-teori akademis, tapi juga melakukan aksi riil untuk kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Santri menjadi katalisator pemerintah dengan rakyat dan dinamisator pembangunan bangsa. Sejak dulu santri mampu mempersatukan seluruh elemen bangsa dan meminimalisasi potensi perpecahan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh menjadi filosofi santri dalam memperjuangkan bangsa yang majemuk ini.
Nilai Kejuangan
Para santri sejak zaman prakemerdekaan yang dipimpin oleh Hadlratus Syekh KH M Hasyim Asyíari aktif membangun kader-kader muda bangsa dengan nilai-nilai keimanan dan kebangsaan.
Pesantren menjadi gerbang utama dan markas perjuangan dalam mempersiapkan kader-kader bangsa dan menjadi tempat mengonsolidasikan perjuangan kemerdekaan. Hizbullah dan Sabilillah menjadi wahana aktualisasi nilai-nilai kejuangan kemerdekaan. Kiai, santri, dan umat Islam berbondong-bondong menyatukan diri secara solid untuk mengusir penjajah dengan senjata apa adanya.
Optimisme kaum santri ternyata membuah hasil, yaitu kemerdekaan bangsa yang diimpikan sejak lama yang dipersembahkan untuk generasi mendatang supaya dikembangkan menjadi bangsa yang maju dan sarat prestasi. Hubbul wathan minal iman, cinta Tanah Air termasuk tanda iman, menjadi doktrin yang diinternalisir terus menerus, sehingga menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Untuk memudahkan sosialisasi dan internalisasi doktrin hubbul wathan minal iman ini, KH Abdul Wahab Hazbullah membuat syair inspiratif yang diberi nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air), yaitu: yalal wathan yalal wathan yalal wathan, hubbul wathan minal iman, wala takun minal hirman, inhadldlu ahlal wathan, Indonesia biladi, anta unwanul fakhama, kulluman yaítika yauman, thamihan yalqa himaman .
Atinya, ” Wahai Tanah Air, Wahai Tanah Air, Wahai Tanah Air, cinta Tanah Air termasuk tanda iman, jangan sampai engkau menjadi penghalang, bangkitlah penduduk Tanah Air, Indonesia adalah negaraku, engkau adalah simbol kemuliaan, setiap orang yang akan menjajahmu, pasti binasa seketika.” Syair ini mengandung banyak makna. Pertama, mencintai Tanah Air termasuk tanda keimanan. Orang yang tidak mencintai berarti tidak ada keimanan dalam jiwanya. Kedua, menghalang-halangi kemerdekaan adalah perbuatan tercela.
Banyak anak bangsa zaman dulu yang menjadi antek penjajah demi kepentingan pribadi dan kelompok. Realitas ini harus dihentikan. Ketiga, mendorong elemen bangsa untuk bangkit melawan penjajah. Memperoleh kemerdekaan tidak boleh dengan kemalasan, tapi dengan spirit tinggi dan semangat pantang menyerah. Keempat, bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kaum penjajah menanamkan rasa rendah diri yang berlebihan pada psikologi bangsa, supaya mereka tidak mampu bangkit.
Makna keempat ini menjadi terapi psikologis supaya bangsa Indonesia bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan tidak termakan racun kaum menjajah yang menyuntikkan rasa rendah diri akut. Kelima, membangun optimisme dan keyakinan tinggi dalam perjuangan. Bangsa ini bangsa besar, sehingga mampu menghancurkan setiap musuh yang datang.
Lima kandungan syair ini menunjukkan bahwa santri selalu mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjadi tanah airnya. Di era globalisasi sekarang ini, tantangan nasionalisme dan patriotisme sangat kompleks. Materialisme, konsumerisme, dan hedonisme menjadi mazhab baru yang menguasai mindset bangsa. Demi materi, mereka melakukan apa saja tanpa melihat apakah langkah yang dilakukan merugikan bangsa ini dan menghancurkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kado Untuk Santri di Hari Santri Nasional Santri Kau cerminan kewibawaan dalam kehidupan Santri Kau Menuntut ilmu dalam kungkungan p...